Posts

Showing posts from May, 2015

The Eve of 25

Image
It is like I couldn't breathe. Like my lungs had decided to take in a fifth of what it is usually able to process. Like the dark clouds hovering over my head, I felt like mourning. The colors of the sun lit sky does not matter today. I see blue and black all around. It is fear, I know. I am familiar with its soft grip upon my future. Its hushing commentary to my past. I am familiar with it because I still remember the same heaviness from three years ago when I had to leave a town devoid of choice. I remember it because it was the first time that joy felt like a dusty dry rose left forgotten in the cold corner of a room. A touch will shed it to crippled petals on the floor. When I left the town, I thought that I will have a better chance of restarting clean. An open road that will take me anywhere. Being a self professed optimist, I did not think that a simple location change will affect the course of my life, but it did. I gave up the pursuit of passion and let peopl

Accomplisment or Fulfillment (Berhasil atau Puas)

Image
Photographed by David Mao | unsplash.com Belakangan ini, gue mencoba menapak tilas pelajaran-pelajaran hidup yang udah gua cerna selama umur 24. Emang udah jadi kebiasaan sebelum naik umur untuk berpikir ulang tentang arti dibalik menjadi dewasa. Bulan depan gue bakal genap seperempat abad menghirup polusi dunia yang kian hari kian meracun. Nggak banyak yang berubah dari segi fisik, paling gue jadi lebih jaga makan karena kolesterol. Dari sisi religi, gue mencoba lebih membuka mata akan kehadiran Tuhan karena makin tua gua ngerasa makin terbiasa dengan Tuhan sebagai agama, bukan Tuhan sebagai kehidupan. Dari segi karir, gue balik ke titik enol. Titik enol ini selalu jadi topik debat antara Setan Johanna dan Malaikat Johanna. Yang satu bilang ini memalukan untuk orang yang seharusnya udah cukup stabil, yang satu lagi bilang ini adalah sebuah kesempatan untuk terus maju ke arah yang sesuai. Sejujurnya Manusia Johanna udah males gonta-ganti wiring di otak, pengen yang stabil-stab

Menjadi Jujur dan Dampaknya ke Karya

Image
Taken from Unsplash by: Paolo Imbag Gue nggak inget apa gue udah pernah ngomongin ini atau belum, tapi gue pengen coba nerbangin pesawat kertas ini lagi. Tangkep yah! Jujur itu serem loh. Serem karena nggak ada yang bisa menyangkal kebenarannya kecuali si pembicaranya, tapi nggak ada juga yang bisa menghentikan opini tentangnya kecuali si pendengar. Sejak kecil gue selalu mengedepankan kebutuhan orang lain. Lewat observasi, gue gampang tau apa yang mereka ekspektasikan dari gue. Saat hal ini dikombinasikan dengan jenis 'people pleaser' versi Johanna, gue jadi sering menghabisakan waktu mencari emas di sungai demi orang lain. Padahal yang gue mau adalah berlian. Belajar dari situ, gue mulai menggunakan metode observasi untuk mengedepankan keinginan gue. Caranya, sebelum memaparkan ide gue akan memperhatikan kebiasaan, ketertarikan, serta kepercayaan mereka, lalu menggunakan itu untuk nge-pitch ide-ide gue. Contoh, beberapa bulan sebelum gue lulus SMA gue mulai mempe