Accomplisment or Fulfillment (Berhasil atau Puas)
Photographed by David Mao | unsplash.com |
Belakangan ini, gue mencoba menapak tilas pelajaran-pelajaran hidup yang udah gua cerna selama umur 24. Emang udah jadi kebiasaan sebelum naik umur untuk berpikir ulang tentang arti dibalik menjadi dewasa. Bulan depan gue bakal genap seperempat abad menghirup polusi dunia yang kian hari kian meracun.
Nggak banyak yang berubah dari segi fisik, paling gue jadi lebih jaga makan karena kolesterol. Dari sisi religi, gue mencoba lebih membuka mata akan kehadiran Tuhan karena makin tua gua ngerasa makin terbiasa dengan Tuhan sebagai agama, bukan Tuhan sebagai kehidupan. Dari segi karir, gue balik ke titik enol.
Titik enol ini selalu jadi topik debat antara Setan Johanna dan Malaikat Johanna. Yang satu bilang ini memalukan untuk orang yang seharusnya udah cukup stabil, yang satu lagi bilang ini adalah sebuah kesempatan untuk terus maju ke arah yang sesuai. Sejujurnya Manusia Johanna udah males gonta-ganti wiring di otak, pengen yang stabil-stabil aja. Tapi Manusia ini juga tau kalau males itu nggak perlu didengerin, karena males dan bosen itu tetanggan. Dan kebosanan adalah musuh mematikan untuk orang sejenis Johanna yang hidup dari kreatifitas.
So, terdampar lah gue di titik enol. Titik ini beda dari enol-enol yang lain karena di enol yang kali ini, gue udah membawa segudang pengalaman. Sulitnya, pengalaman-pengalaman sebelumnya belum tentu bisa membantu dalam menghadapi tantangan di titik yang baru ini. Mungkin itu kenapa dinamakan pindah haluan.
Di titik ini, gue mulai mempelajari pola hati di tiap jenis karir yang pernah gue jalani. Iya, hati. Di setiap jenis karir, gue selalu nyampe ke titik jenuh. Titik boseeennn banget dan nggak ada yang bisa un-bosen me. Nggak jalan-jalan, nggak baca buku, nggak liat museum. Nothing. Dan biasanya, kinerja kerja jadi menurun dan akhirnya gue nggak berkarya apa-apa lagi, lalu pindah karir. Padahal, hasil kerjaan gue selalu memuaskan. Klien gue pada seneng, penonton tepuk tangan. I mean, I was to an extent accomplished. I felt accomplished. Dan pencapaian tersebut bikin gue ngerasa seneng.
Lalu kenapa gue ingin pindah haluan? Ingin selalu cari yang lain? Karena seneng karena pencapaian itu nggak bikin gue merasa puas, dan penuh. Gue nggak ngerasa itu semua berarti. Saat ini gue ngerti; ada perbedaan antara perasaan Berhasil dan perasaan Puas.
Berhasil itu waktu lo berhasil lari ke WC waktu kebelet boker tanpa menceceri apa-apa di celana (atau lantai). Puas itu waktu lo ngosongin semua perut lo di toilet dan lega karena perut lo udah nggak sakit lagi.
Berhasil adalah tanda centang di to-do list lo, sedangkan Puas adalah saat lo menunaikan tugas yang seharusnya lu lakukan. Ada elemen "purpose" atau "tujuan" dibalik kepuasan. Saat lo puas, lo nggak nyari-nyari yang lain. Saat lo puas, lo nggak ragu untuk ngelakuin itu lagi dan lagi. Kaya nimba air di sumur yang nggak ada ujungnya. Makanya namanya fulfilled; di isi sampe penuh ke ujung, kalo di tambah luber. Supaya lubernya bermanfaat, biasanya orang-orang yang puas akan senang membagi-bagikan airnya biar orang lain bisa menikmati kepuasan yang sama.
Puas itu berarti lo berhasil. Tapi walau berhasil, lo belum tentu puas. Itu kenyataan. lLiat seberapa seringnya gue ganti haluan: photographer, graphic designer, motion designer, videographer, writer. Keberhasilan suka bikin kita ngerasa cukup, like we're done enough. Sedangkan puas, puas tuh seharusnya kaya coming. Enaknya nagih. Kalau ikutin metafora tersebut, seharusnya kalau lo udah senang karena berhasil, jangan berenti disitu aja. Coba lanjut terus, karena masih ada puncak yang belum lo raih. Kalau lo ngerjain-nya bener, lo bakal puas. Nah kalo nggak? Mungkin harus ganti haluan.
Gue udah berhasil mencentang ini itu di list gue. Tapi gue belum merasa puas. Mungkin karena gue belum tau tugas gue di bumi itu sebenernya buat apa. Mungkin gue nggak akan pernah tau (smoga nggak). Tapi... ya, di umur yang hampir lewat 24 ini, gue setidaknya tau ada perbedaan besar antara rasa Berhasil dan rasa Puas. Dan gue pengen yang memuaskan, bukan keberhasilan yang bikin gue kerja terus tapi nggak bisa bikin puas.
Comments
Post a Comment