BAHASA: Jangkar dan Kematian

Saya pernah berpikir kalau saya tinggal disebuah bubble kebahagiaan. Saat orang lain menderita, saya masih bahagia, saat saya sedih.. akhirnya saya tersenyum lagi walau orang lain tetap menangis. Satu hal yang saya yakini, saya bisa bahagia (joyful, not mere hapiness) itu akrena hidup saya udah ada yang jaga. Sehisteris-histerisnya, saya ngak bakal pernah kepikiran untuk berhenti dan lari. Tapi, ditempat lain, banyak orang yang ngak tau mau ngapain lagi. Kayaknya bubble adalah metafor yang salah. saya ngak hidup dalam dunia saya sendiri. saya ngak tutup mata sama sekeliling saya, atau menjauhkan orang keluar dari radius hidup saya. ngak. cuma hidup saya ngak terbawa jahanmnya kehidupan. ini bukan sombong, tpai kalau kemenangan udah ada di tangan, kamu bakalan jalan diatas indahnya kehidupan dan bukan didalam gundahnya.

guntur bisa membelah buritanmu
angin menarikmu ke perairan lain
ombak besar menghanyutkan tubuhmu
layaknya menjatuhkan jangkar
kamu takan pernah terbawa badai

ya, tetap terjerat badai
namun aman didalamnya

kalau aja kamu tau jangkar itu ada
kamu ngak perlu karam
kalau seorang aja
SEORANG aja
menunjukan jangkar di kapalmu
kamu ngak perlu ninggalin pesan
terakhir

aku bahkan ngak kenal kamu, tapi aku turut berkabung. you shouldn't have fight alone.

Comments

Popular posts from this blog

I'm done being high and dry

School: One Final Down!