Sesi Tempat Tidur Gua


Jujur, gua punya satu kelemahan yang bisa jadi pembunuh hidup gua.

Tempat Tidur.

Asli, nga pandang besar-kecilnya, atau keras-empuknya, tempat tidur tuh tempat gua berbuat onar. Alasan males ke sekolah pas kuliah, alasan malas keluar pas liburan, alasan nga makan pas laper. Susahnya lagi, kalau gua ulet2an stay in bed for another 2 hours, pikiran gua bakal melayang dan tubuh gua pun suka ikut melayang. Bayangin ada di dunia peri selama 2 jam: nga bonafit banget. Emang disiplin gua super kecil. Keterlaluan kecilnya, lebih kecil dari remahan roti bakar yang jatuh dari mulut orang obesitas.

Kemarin gua berhasil keluar dari tempat tidur sebelum kicauan burung-burung mulai mengelilingi pikiran gua. Hasilnya, hari yang lumayan produktif. Sempet kerja, sempet jalan2, sempet pergi First Thursday Art Walk. Hari ini, lain ceritanya. Mendung2 jam 12, gua bangun dari tidur yang baru mulai 6 jam sebelumnya. Satu jam pertama ulet2 taik ayam, jam ke dua lebah2 mulai menyengat, jam ke 3 gua loncat dari posisi meringkuk gua, dan naik ke atas keluar kamar.

Dua jam. Dua jam.

Dua jam bisa dipakai untuk masak makan siang, bisa dipakai untuk sms-an sama orang, bisa dipakai untuk kerja projek2 yang makin menumpuk, bisa dipakai untuk nge-pak barang buat indonesia. keterlaluan.

Apa tubuh gua emang suka hormonal di tempat tidur? Kadang2 bisa normal, tidur-bangun-kerja. Kadang2 marah2 telat bangun. Kadang2 merengek kayak anak kecil minta permen. Labilnya lebih parah dari spring time di Seattle (yang kata orang mirip cewe cantik yang lagi dateng bulan).


Work Without Hope - Samuel Coleridge 1825

All Nature seems at work. Slugs leave their lair—
The bees are stirring—birds are on the wing—
And Winter slumbering in the open air,
Wears on his smiling face a dream of Spring!
And I the while, the sole unbusy thing,
Nor honey make, nor pair, nor build, nor sing.

Comments

Popular posts from this blog

I'm done being high and dry

perfumes likes