I Love You Guys

By Alec Vanderboom

"I love you". Kata-kata itu suka terlontar begitu saja dari mulut seorang teman. Mereka keluar dengan begitu lantangnya, mengaggetkan pikiran yang tak terbiasa dengan kejujuran emosi dibalik kata-kata itu.

Kalau lo kenal gue dalam kehidupan sehari-hari. Kata "I love you" itu gue gunakan hanya pada orang-orang yang beneran gue sayangi. Yes, teman sekalipun. Sering kali, gue katakan itu setelah menertawakan gelagat mereka yang lucu, atau setelah merasakan kehangatan yang jauh dari tingkat normal. Biasanya, kalimatnya jadi terdengar seperti ini, "Bahahaha! I love you guys" atau, "Ah, you guys are tha bomb. I love youuuh!" Dari sana lo bakal langsung tau kalau kalimat "i love you" gue, nggak punya arti romantis atau perasaan yang mendalam, menyelami sukma. Nggak. Maksudnya adalah, gue bener-bener hepi, blessed, honored bisa punya temen-temen kaya mereka.

Ada loh, waktu-waktu saat kalimat itu nggak bisa gue lafalkan. Padahal hati tuh udah teriak "I LOVE YOU!" dan pikiran gue udah bener-bener siap buat menyatakan perasaan jujur ini. Tapi, fear creeps in. Ada ketakutan bodoh yang menyelinap masuk ke sela-sela perasaan inosen ini. Ketakutan kalau gue dianggap lebay, kalau orang ini nggak ngerasa segitunya sama gue. Ketakutan-ketakutan ego sentris yang ternyata cukup kuat untuk menghentikan lidah gue dari mengutarakan perasaan.

Well, malam ini kalimat itu di sentil persis kaya orang nyentil upil kering ke kaca (mantul balik dengan bunyi "cetok" yang ringan). "I love you guys" menggelinding dari bukit curam, menerjang gue yang lagi ngaso santai di daerah lereng bukit situ. Kalimat itu nggak dinyatakan ke gue, sih, tapi ke keluarga yang ada pas disebelah gue. Yang bikin gue sedikit tersentak adalah, dari sisi gue... gue belum ngerasa "love"nya. Tapi buat temen gue ini, dia udah sayang sama keluarga ini. Ya, gue nggak merasa inferior soal perasaan ini, sih... Karena, yang namanya perasaan kan nggak bisa di pilih-pilih. It all flows naturally, kan? Tapi, gue kagum aja dengan kelantangannya berbicara, dan kecepatannya dalam membangun kasih sayang, kepercayaan, dan kehangatan sama orang.

Gue inget, dia adalah orang pertama yang bilang "I love you" ke seorang temen yang lain. Padahal kita bertiga baru kenal kaya... mungkin 2 bulan? Gue nggak tau itu artinya apa, tapi disaat yang sama gue juga langsung nimpalin "I love you" ke dia juga. It's only natural buat kita berdua untuk ngomong gitu ke dia. Mungkin karena kita langsung nganggep dia kaya Kakak kita. Sama kaya kita nganggep Ka Stev as our Mami Cabe, and Ci Ancel as our Mami Kece.

Chemistry itu nggak bisa di pungkiri. Chemistry itu ngalir aja dengan gampang. Begitu beruntungnya kita bisa kerja di kantor yang dipenuhi sama orang-orang yang bisa kita teriakin "I love you" dengan santainya. Orang-orang yang bisa kita pelukin karena mereka memang berhak mendapatkan pelukan itu. Orang-orang yang bisa kita sayangi dengan tulus dan tanpa takut. Komunitas kaya gini, nih, yang susah didapetin di tempat-tempat lain.

Itulah kenapa gue sangat senang bisa kerja di Rumah ini. Beneran. Walau sering kali gue disakiti, tim gue diperbudak, boss gue dijadiin tameng... Tapi, setiap kali jam menunjuk pukul 5, kita check out, dan melambai pergi... gue bersyukur kalau tim gue itu luar biasa. Kalau departemen lain bekerja dengan hati yang all out. Walau gesekan-gesekan gila sudah berhasil bikin duo ceria menangis hari ini, gue tetep bisa bersyukur atas kantor ini.

Siapa yang ngira, di tempat gue paling sengsara adalah tempat gue paling disayang dan paling menyayangi?

Comments

Popular posts from this blog

I'm done being high and dry