Nampaknya Butuh Pembalut
Sangat menyebalkan, detik-detik seperti ini. Saat jantung berpacu cepat walau hati mendambakan ketenangan. Seperti bertapa sambil membuka kartu di atas meja poker.
Padahal hujan harusnya merendahkan tensi. Kenyataannya, peperangan batin lebih berisik dari deru mobil membelah kubangan air.
Mungkin aku terlalu lama berjuang sendiri. Terlalu arogan tak mau meminta bantuan. Hanya kuat tertawa dan mengabaikan kondisi.
Ah, apalah aku ini, kalau nggak dikasihani yang maha esa. Ada saatnya Si Sanguine terkapar diatas lantai dingin. Memandang langit-langit kantor, membayangkan awan.
Nampaknya Butuh Pembalut
Padahal hujan harusnya merendahkan tensi. Kenyataannya, peperangan batin lebih berisik dari deru mobil membelah kubangan air.
Mungkin aku terlalu lama berjuang sendiri. Terlalu arogan tak mau meminta bantuan. Hanya kuat tertawa dan mengabaikan kondisi.
Ah, apalah aku ini, kalau nggak dikasihani yang maha esa. Ada saatnya Si Sanguine terkapar diatas lantai dingin. Memandang langit-langit kantor, membayangkan awan.
Nampaknya Butuh Pembalut
Comments
Post a Comment