3 Titik Lemah di Hati Gue
Gue baru selesai nonton 5 Flights Up, film barunya Morgan Freeman dan Diane Keaton. Ini adalah sejenis feel good drama tentang pasangan manula --Akhirnya, terpakai juga kata ini. Gue kirain cuma buat iklan di Susu Anlene-- yang menjual apartemen mereka di Brooklyn untuk pindah ke Manhattan.
Kedengeran membosankan, ya? Nggak bosenin, koook. Menurut gue, scriptwritternya dengan lihai menganyam cerita ini dengan berbagai cara. Hal-hal yang terkesan mundane, biasa-biasa aja, jadi punya impact. Filmnya jujur. Nggak neko-neko dengan roller coaster emosi yang berlebihan. Plotnya nggak macem-macem. Apa adanya, tapi tetep spesial. Berkali-kali gue menahan nafas karena manis-nya, lalu tersenyum kecil dari keunyuan simple dari scene-scene tertentu. Tapi, gue tau kenapa gue suka banget sama film ini...
Film ini menohok hati gue di semua tempat-tempat yang tepat. Semua weak spots gue:
1. Lansia. Yes, gue lemah banget sama orang tua. Gue suka ngobrol sama mereka, gue suka spend time sama mereka, dan gue definitely suka nonton film tentang orang-orang tua. Mungkin karena gue besar dikelilingi sama Oma Opa, dan bahkan sekarang gue tinggal sama kakaknya opa gue. Makanya, ngeliat kedua karakter dari film ini bikin gue langsung inget dengan Opa Oma gue sendiri.
2. Racial prejudice. Hal ini bisa bikin gue bener-bener kesel dan sedih. Ini bukan masalah di amerika doang loh. Bahkan di Jakarta yang udah penuh sama orang-orang dari segala penjuru nusantara (dan seluru dunia), masih aja ada orang-orang bodoh yang menghakimi orang dari warna kulit dan agamanya.
3. Real and tested love. Ngeliat dua orang ini berargumen lalu berkompromi, atau saling menyemangati dan mendukung satu sama lain, bahkan saat mereka nggak sependapat. Yang begini bikin hati gue nyessss abis. Serius. Si Opa itu pelukis, si Oma bekas guru. Dua-duanya punya karakteristik yang berbeda, tapi itu nggak bikin mereka menjauh tapi bikin hubungan mereka hidup.
Anyway, ini lah alesan kenapa hati gue ngos-ngosan bahkan beberapa jam setelah filmnya selesai. That movie hit me so good. It reminds me that all relationship needs work. But always go back to the reason why you love somebody, go back to the good times, then build from that foundation. It's the short seconds of memories that makes you grateful and reminds you that the love is real. Nonton ini bikin gue pengen... menikah. Dueerrr! Ternyata, gue cukup sentimental juga ya.
Gue jadi inget pas gue ama Julia nonton film berdua doang. Literally, satu bioskop isinya kita berdua doang. Itu film tentang orang tua juga, loh. Walau sekarang gue nggak inget film-nya apa, tapi ya lucu aja klo gue lebih suka film cinta antara lansia dari pada antara anak muda.
Comments
Post a Comment