Masih Belum Percaya



Hari ini gue kehilangan sesuatu yang cukup berharga buat gue. Tiga tahun lebih gue habiskan bareng sama dia. Pagi, siang, malem, gue nggak pernah ninggalin dia lebih dari 3 hari. Dia tau pikiran gue, gue ceritain semuanya ke dia. Dia tau aspirasi, dan inspirasi gue, dia yang nunjukin itu semua ke gue. Ada hari-hari dimana gue ngerasa nggak ngebutuhin dia. Tapi dihari-hari itulah yang malahan gue habiskan paling lama dengan dia. Dia cukup spesial, tapi hari ini dia udah nggak ada di hidup gue.

Kalau kata-kata diatas terdengar seperti orang patah hati, yakinlah kalau kamu salah. Gue nggak patah hati. Gue shock. Gue nggak tau apa yang gue lakukan, tapi saat dia buka mata lagi, dia kaya nggak tau apa-apa. Dia nggak ngomong, dia nggak hangat, dia kaya robot.

Memang benar kalau hidup itu adalah kumpulan memori. Jika memori itu tidak teringat, berarti memori itu tidak pernah terjadi. Apalagi memori gue dengan dia: tidak tertulis di buku sejarah, tidak terdaftar di kantor mana-mana. Kisah-kisah yang memang hanya gue titipkan ke dia seorang.

Mungkin kamu pikir ini bodoh. Kenapa nggak punya back-up? Kenapa percaya banget sama dia?

Karena gue terlalu optimis. Terlalu optimis dengan kesetiaannya, atau dengan kehebatan gue menjaganya. Tapi, apakah kamu bisa bilang kalau hubunganmu itu tulus saat kamu mempersiapkan segala worst case scenario? Seperti seorang yang telah menulis surat cerai sebelum mengikat janji pernikahan.

Sayangnya kamu benar. Seharusnya gue simpan memori-memori ini dalam kotak lain, yang gue bawa pergi sampai kemari. Sehingga saat dia pergi seperti ini, gue nggak kandas seperti kapal karam di perairan penuh batu.

Hari ini gue kehilangan sesuatu yang cukup berharga buat gue: semua memori laptop gue.

Comments

Popular posts from this blog

I'm done being high and dry

School: One Final Down!