Selamat tahun baru
Sekarang pukul 1.47 pagi. Aku ada tugas yang harus diselesaikan, sekitar 50 halaman menunggak, tapi aku habiskan sekian jam untuk menelepon teman-teman dan keluarga, mengucapkan selamat tahun baru, lalu nonton Before Sunrise karena aku pengen.
Orang yang ku harapkan ngirim ucapan selamat tahun baru nggak ngucapin balik. Iya, aku udah ucapin duluan. Oh well, memang dia nggak hidup di dunia online. Aku mengerti.
2020 penuh dengan pertarungan melawan kenegatifan diriku sendiri. Walau di luar otak ruwet ini hidup rasanya indah-indah aja, aman, sehat, nggak banyak kehebohan selain miskin karena semua harga sembako dan listrik naik. Namun, kesendirian pandemi bener-bener menggerogoti hati ini. Ternyata aku nggak suka hidup tanpa teman, tanpa dipeluk, tanpa ngobrol sama orang lain. Bersyukur ada adikku yang tinggal sementara di rumah. Kalau enggak, aku bener-bener jadi gila.
2021 aku akan lebih terbuka, lebih sering video call'an sama temen dan message mereka secara random. Nggak perlu ada alasan buat ngobrol kan... Mari mendobrak rasa takut ditolak dan telpon mereka. Masak harus depresi dulu baru nyari temen?
Aku sadar aku sayang manusia dan akan mencoba untuk lebih percaya bahwa manusia lain juga sayang aku. Aku percaya aku layak disayang tanpa harus menunjukkan sesuatu yang ku nggak punya. Aku percaya aku bakal lebih terbuka di tahun 2021. It's either that or get dried up and crumble to dust.
This has been Johanna, the extroverted thinker with highly introverted emotional responses.
Selamat tahun baru 2020. Sampai ketemu di 2021.
Comments
Post a Comment